Penyebab tangisku..?? KAMU..!!
Untuk penyebab tangisku,,
Kupandangi lagi foto-foto itu,, teringat lagi
kenangan-kenangan,,ku ingat lagi sosokmu yang sempat menghancurkan aku..
Aku tidak pernah berbohong ketika ku berkata rindu,
aku tak pernah memakai topeng ketika berkata aku sayang padamu. Aku
mencintaimu, setulus dan sesederhana itu..!
Aku terbangun seperti biasa menatap lagit-langit kamar
yang sama,letak lemari yang sama. tak ada yang berbeda disini, semua masih
sama. Memang semua terlihat dan bergerak seperti biasanya, tapi apakah yang
terlihat oleh mata benar-benar sama dengan apa yang dirasakan oleh hati???
Mataku berkunang-kunang,yaah pagi tadi memang sangat
dingin. Aku menarik selimut dan membiarkan wajahku tenggelam disana dan ku
tetap saja sendirian. Dengan kenangan yang masih menempel di sudut-sudut
luas otak. Aku berharap ini hanya sebuah mimpi dan akan ada seseorang yang
sukarela membangunkanku atau menampar dengan keras wajahku.
Sungguh aku masih merasa sendirian, bermain dengan
masa lalu yang sebenarnya tak pernah ingin ku ingat lagi dan lagi.
Sudah tanggal 7, seberapa penting kah tanggal tujuh??
Yaah, memang tidak penting bagi seseorang yang tidak mengalami hal sesakit
ditanggal tujuh. Sudah memasuki minggu pertama bulan September, bulan baru,
semangat baru, cita-cita baru. Juga kadang tak ada yang baru. Aku hanya ingin
tahu, tidak semua yang baru dapat mendatangkan kebahagiaan. Dan tak semua yang
disebut masa lalu menghasilkan kesedihan dan tangisan.
Aku begitu yakin pada hal itu, sampai pada akhirnya
aku tahu apa yang disebut dengan perpisahan. Aku semakin tahu masa lalu selalu
menjadi sebab. Kamu yang dulu kumiliki kini tak bisa lagi ku genggam dengan
jemari. Kita berpisah, tanpa alasan yang jelas, tanpa interupsi dan diskusi.
Yaah berpisah begitu saja seakan semua hanyalah masalah sepele. Begitu mudah
disentil oleh satu hentakan yang kecil, sangat mudah sampai aku tak
benar-benar mengerti apakah kita memang telah benar-benar berpisah?
Atau dulu kita memang tak punya keterikatan
apa-apa? Hanya saja aku dan kamu suka mendengungkan rasa yang sama, cinta
yang kita bela begitu manis berbisik. Lirih...dingin..mempesona.Kemudian
menyatulah kita dalam rasa (yang katanya) cinta.
Bahagia? apakah aku dan kamu pernah merasa
bahagia? Jika iya mengapa kita memilih untuk berpisah sebagai jalan? Jika
bahagia adalah jawaban mengapa kita masih bertanya pada Tuhan, manusia lain,dan
pada hati kita sendiri? Mengapa kau ubah pelangi menjadi bui? Kegelisahan
meningkat, ketika aku memikirkanmu. Ketika aku memikirkan kesehatan dan
pola makanmu. Aku bahkan masih mengkhawatirkanmu, masih diam-diam mencari
kabarmu.Dan aku masih merasa sakit ketika tahu sudah ada orang lain yang mengisi
kekosongan hatimu. Harusnya aku tak perlu merasa begitu, karena kau adalah masa
lalu, karena sudah tidak ada keterikatan apa-apa antara kita. Benar aku lah
yang bodoh!! yang tak memutuskan diri untuk berhenti. Aku masih berjalan, terus
berjalan dengan penutup mata yang tak ingin ku buka. Semuanya gelap,
tanpamu...kosong.
Ternyata hari berlalu dengan sangat cepat. Sudah
setahun, dan sudah tak terhitung lagi berapa frasa kata yang terucap untukmu di
dalam do'a. Salahku, yang mengartikan segalanya dengan sangat berani. Kupikir
dengan ikuti aturanku semua akan semakin sempurna. Lagi dan lagi aku salah dan
kamu memilih untuk pergi. Ini juga salahku yang tak mengunci langkahmu ketika
kau ingin menjauh. Setelah perpisahan itu, hari-hari yang kulalui masih sama.
Aku masih mengerjakan rutinitasku,dan aku mulai mencari penggantimu. Mereka
berlalu lalang, datang dan pergi. Ada yang diam berlama-lama, ada yang hanya
ingin singgah. Namun tak ada lagi yang sama, kali ini semua berbeda. Tak ada
lagi kamu yang dulu, tak ada lagi kita yang dulu. Yaa semua kenangan
memang berasal dari masa lalu, tapi tetap punta tempak tersendiri di hati yang
sedang bergerak kemasa depan.
Hidupku tak lagi sama, dan aku masih berjuang
melupakan sosokmu yang tak lagi terengkuh oleh pelukan. Padahal aku masih
jalani hari yang sama, aku masih menjadi diriku. Tapi masih ada yang kurang dan
berbeda, kesunyian ini bernama....."tanpamu"
Jika jemari ditakdirkan untuk menghapus air mata,
mengapa kali ini aku menghapus air mataku sendiri?? Dimanakah jemarimu
saat tak bisa kau hapuskan air mataku??
-Dwitasarii.blogspot.com-
0 komentar:
Posting Komentar